Sabtu, 11 Mei 2013

Memahami Bukti Audit



A.      Tujuan Bukti Audit
Adapun tujuan bukti audit (Anonim : 2012) yaitu :
a.      Membantu membuat keputusan tentang penilaian risiko dengan mempertimbangkan salah saji berupa potensial yang akan mungkin terjadi.
Penilaian risiko audit adalah proses rekursif penelusuran bukti untuk menentukan keyakinan dan menilai keaslian dan kebenaran bukti audit guna mendukung penerbitan opini. Risiko audit merupakan salah satu yang menjadi perhatian auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab profesionalnya dan kemungkinan adanya risiko audit. Risiko audit dapat ditimbulkan dari tingkat penemuan yang direncanakan dalam menghadapi irregularities, misalnya related party transaction (transaksi perusahaan induk dan anak atau transaksi antar keluarga); client misstate (klien melakukan penyimpangan; kualitas komunikasi (klien tidak kooperatif); initial audit (klien baru pertama kali audit); klien bermasalah (Anonim : 2011).

b.      Membantu menentukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian resiko.
Asersi sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana laporan keuangan mungkin disalah sajikan dan menuntun auditor dalam mengumpulkan bukti (Anonim :2009).


B.       Manfaat Bukti Audit
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal yang baik san sangat menentukan tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan. Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu, dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung Rai : 2008) adalah sebagai berikut :
1.     Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi audit. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat bergantung pada bukti audit ini.
2.      Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus mendapatkan perhatian auditor sejak tahap perencanaan audit sampai dengan akhir proses audit.

C.      Jenis-Jenis Bukti Audit
Bukti audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan kesembilan jenis bukti tersebut:


1.      Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern dapat dipergunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat dipercayai data akuntansi. Kuat lemahnya struktur pengendalian intern merupakan indikator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.

2.      Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling dapat dipercaya.

Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi penghitungan, dan observasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti fisk berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.


3.      Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayanya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern.



4.      Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:
a.       Konfirmasi positif
b.      Blank confirmation
c.       Konfirmasi negatif


Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
a.       Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien.
b.      Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan.
c.       Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke penjaga atau kepala gudang.
d.      Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor

.

5.      Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurut sumber dan tingkat kepercayaannya bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung
b.      Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
c.       Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien


Bukti dokumenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripadakelompok b. Bukti dokumenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada kelompok c.
Bukti dokumenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank (bank statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen. Bukti dokumenter banyak digunakan secara luas dalam auditing. Bukti dokumenter dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya (reliable) untuk semua asersi.



6.      Bukti Surat Pernyataan Tertulis
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun dari dari sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis. Representation letter atau representasi tertulis yang dibuat manajemen merupakan bukti yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hukum, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.




7.      Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor. Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya:
a.       Footing untuk meneliti penjumlahan vertikal
b.      Cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontal
c.       Perhitungan depresiasi
Bukti matematis dapat diperoleh dari tugas rutin seperti penjumlahan total saldo, dan perhitungan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas obligasi. Bukti matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian dengan biaya murah.

8.      Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tak tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan semua asersi.

9.      Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan dan kewajaran hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Perbandingan in dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi dan untuk menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obyek pemeriksaaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Menurut Konrath ada 6 tipe bukti audit, yaitu:
  1. Physical evidence : terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi, atau diinspeksi, dan terutama mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bikti phisik yang diperoleh dari kas opname, observasi fisik dari perhitungan persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi aktiva tetap.
  2. Evidence obtain through confirmation : bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro adminisrtrasi.
  3. Documentary evidence : terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi. Contohnya faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general lerger, dan sub lerger.
  4. Mathematical evidence : merupakan perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing, dan extension dari rincian persediaan perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aktiva tetap, PPh dan accruals.
  5. Analytical evidence bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
1.     Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.
2.     Common Size (vertical) Analysis
3.    Ratio Analysis, misalnya menghitung menghitung ratio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio manajemen aset.
  1. Hearsay evidence : bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigen liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.

Berdasarkan fungsinya, bukti audit dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan bukti, yaitu :
a.  Bukti Utama (Promary Evidence), yaitu bukti yang dapat menghasilkan kepastian yang paling kuat atas fakta, misalnya : dikumen asli mengenai perjanjian/komitmen/kontrak yang ditandatangani.
b.  Bukti Tambahan (Secondary Evidence), yaitu bukti yang dapat diterima bila bukti utama ternyata hilang atau rusak, atau dapat pula diterima bila dapat ditunjukan bahwa bukti ini merupakan pencerminan yang layak atas bukti utama, misalnya : tembusan dokumen kontrak.
c.   Bukti Langsung (Direct Evidence), yaitu bukti yang menunjukkan fakta tanpa kesimpulan ataupun anggapan. Bukti ini cenderung untuk menunjukkan fakta atau materi yang dipersoalkan tanpa melibatkan bukti lain. Suatu bukti dapat dikatakan sebagai bukti langsung bila dikuatkan oleh pihak-pihak yang mempunyai pengetahuan nyata mengenai persoalan yang bersangkutan dengan menyaksikan sendiri.
d.    Bukti Tidak Langsung (Circumtantial Evidence), yaitu bukti yang cenderung untuk menetapkan suatu fakta dengan pembuktian fakta lain yang setaraf dengan fakta utama, misalnya : penerimaan barang yang diselesaikan terlalu singkat oleh Bagian Penerimaan dapat menunjukkan bukti tidak langsung bahwa petugas penerimaan tidak memeriksa/menghitung penerimaan, atau memeriksa/ menghitungnya tetapi tidak cermat.
e.  Bukti Pendukung (Corraborative Evidence), yaitu merupakan bukti tambahan dari suatu karakter yang berbeda tetapi digunakan untuk tujuan yang sama, misalnya : Pernyataan bahwa dokumen yang diserahkan kepada auditor merupakan foto copy yang benar dan tidak dimanupulasi.


DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2009. Tujuan dan Bukti Audit. http://capitaselecta.blogspot.com/2009/07/rangkuman-audit-bab-7-12.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

                 .2010. Jenis-Jenis Bukti Audit. http://warta-ekonomi.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-bukti-audit.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

                 .2011. Bukti Audit. http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/bukti-audit.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

.                2011. Model Risiko Audit. http://champ-pride99.blogspot.com/2011/12/model-risiko-audit-audit-risk-model.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

    .            2012. Bukti Audit. http://eva-nurpitasari.blogspot.com/2012/06/bukti-audit.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

                 .2012. Makalah Bukti Audit dan Kertas Kerja. http://rezekiamalia.blogspot.com/2012/06/makalah-bukti-audit-dan-kertas-kerja.html [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

                 .2012. Bukti Audit. http://demonkamikazetuit.blogspot.com/2012/04/bukti-audit.html  [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

Agung Rai, I Gusti. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat BAB 11 Halaman 126. http://books.google.co.id/books?id=duY3l7kfkXoC&pg=PA126&lpg=PA126&dq=manfaat+bukti+audit&source=bl&ots=WwU8s_8ECp&sig=eGcNW40rXqIXii2F0El1m2WoUYA&hl=id&sa=X&ei=7jleUbWDGYmrrAelu4GwCw&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=manfaat%20bukti%20audit&f=false [Diakses pada tanggal 5 April 2013]

Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-dasar audit laporan keuangan). Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar